Jejaring Pengembangan Iptek Harus Diperkuat
Jumat, 19 Februari 2010
Jum'at, 19 Februari 2010, 11:00 WIB
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Suharna Surapranata mengemukakan bahwa Indonesia perlu terus membangun jejaring ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), baik di tingkat nasional, regional dan internasional.
Tenaga ahli Menristek bidang media massa Drs H Mu`arif dalam penjelasan di Bogor, Jumat (19/2) mengatakan, pernyataan Menristek itu disampaikan pada acara "Asean-Korea Symposium and Workshop on Biorefinery Technology for Suistanable Production of Biofuel and Industrial Biochemical" di Jakarta. Acara itu akan berlangsung hingga Sabtu (20/2).
"Memperkuat jejaring di dalam maupun di luar negeri merupakan suatu kebutuhan kita untuk lebih banyak kerja sama dalam pengembangan Iptek," kata Menristek.
Ia menambahkan bahwa jejaring yang kuat dalam pengembangan Iptek, juga merupakan implementasi UU No.18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
"Melalui jejaring itu, saya berharap proses inovasi nasional menjadi semakin cepat," katanya.
Terkait dengan kegiatan simposium tersebut, ia mendukung pembentukan jaringan peneliti Asia untuk pengembangan teknologi "biorefinery" (Asia Network for Biorefinery Technology).
Lebih lanjut, Menristek menekankan, para peneliti dituntut untuk secara terus menerus mengikuti kecenderungan perkembangan global sehingga dapat merencanakan tindakan antisipatif dan memanfaatkan peluang.
Karena itu, kata dia, komunikasi antara para pakar dari luar negeri dan dalam negeri perlu diwadahi dalam suatu wahana yang memungkinkan terjadi pemuktahiran pengetahuan.
"Oleh karena itu, forum-forum diskusi tentang pemutakhiran teknologi, hasil riset dan produk menjadi sangat penting dalam upaya mempercepat pemecahan masalah di lapangan," katanya dan menambahkan kebutuhan masyarakat akan produk-produk menyangkut energi sangat besar.
Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Prof Dr Ir Bambang Prasetya menjelaskan, rencana pembentukan jaringan "Asia Network for Biorefinery Technology" bertujuan memperkuat kerja sama dan mempercepat hasil dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan di kawasan Asia untuk mewujudkan "one world".
"Kita masih harus banyak belajar dari pakar-pakar luar negeri khususnya dari negeri-negeri Asia seperti Korea dan Jepang yang lebih dulu mengembangakan teknologi ini," katanya.
Dalam simposium dan lokakarya tersebut juga hadir duta besar negara sahabat seperti dari Korea Selatan dan Brunei Darussalam.
(Cha/AT)
» Kontak :
Bambang Prasetyo
0 komentar:
Posting Komentar