Hubungan Antara Wawasan Nusantara dengan Ketahanan Nasional
Posted
on Senin, 21 April 2008 by TUR
WAHYUDIN
Wilayah Indonesia yang sebagian besar adalah
wilayah perairan mempunyai banyak celah kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh
negara lain yang pada akhirnya dapat meruntuhkan bahkan dapat menyebabkan
disintegrasi bangsa Indonesia. Indonesia yang memiliki kurang lebih 13.670
pulau memerlukan pengawasan yang cukup ketat. Dimana pengawasan tersebut tidak
hanya dilakukan oleh pihak TNI/Polri saja tetapi semua lapisan masyarakat
Indonesia. Bila hanya mengandalkan TNI/Polri saja yang persenjataannya kurang
lengkap mungkin bangsa Indonesia sudah tercabik – cabik oleh bangsa lain.
Dengan adannya wawasan nusantara kita dapat mempererat rasa persatuan di antara
penduduk Indonesia yang saling berbhineka tunggal ika.
Wawasan nasional bangsa Indonesia adalah wawasan nusantara yang merupakan pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional. Sedangkan ketahanan nasional merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar proses pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Oleh karena itu, diperlukan suatu konsepsi ketahanan nasional yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia. Dengan adanya wawasan nusantara, kita harus dapat memiliki sikap dan perilaku yang sesuai kejuangan, cinta tanah air serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa. Dalam kaitannya dengan pemuda penerus bangsa hendaknya ditanamkan sikap wawasan nusantara sejak dini sehingga kecintaan mereka terhadap bangsa dan negara lebih meyakini dan lebih dalam.
Ketahanan Nasional
Ketahanan Nasional (Tannas) adalah konsep
bangsa Indonesia, Keselamatan Nasional (National Security) atau
kelangsungan hindup bangsa (national survival). National security
yang sering kita tejemahkan dengan keamanan nasional, lebih fokus pada kekuatan
militer daripada kekuatan lain yang ada dalam kehidupan suatu bangsa. Tannas
yang juga disebut sebagai comprehensive security, berpendapat bahwa
kelangsungan hidup suatu bangsa atau masyarakat tergantung pada keserasian
aspek kehidupan seperti Ideologi-Politik-Ekonomi-Sosial Budaya-Militer, dimana
tiap aspek saling mempengaruhi. Stabilitas dari networking aspek-aspek
tersebut akan menciptakan Tannas yang kuat. Tannas lahir di Seskoad (Sekolah
Staf & Komanda Angkatan Darat) pada tahun 1969-1970, yang pada saat itu
berusaha mengembangkan doktrin sendiri tentang national security,
berdasarkan pengalaman sendiri dan bangsa lain. Hasilnya menyatakan bahwa
kelangsungan hidup suatu masyarakat tidak hanya ditentukan oleh kekuatan
militer saja, tetapi juga tergantung pada kemampuan aspek kehidupan yang lain.
Keadaan ekonomi dan konflik antar kelompok karena alasan politik, agama dan
sumberdaya dapat menghancurkan kemampuan negara untuk bertahan. Pada tahun 1966
kita menghentikan konfrontasi dengan Malaysia dan Singapore, dan
Indonesia tidak ingin dianggap negara yang agresif. Strategi yang mendukung
tercapainya Tannas dalam menghadapi ancaman, terutama ancaman militer atau
kekerasan adalah strategi tidak langsung, konsep Andre Beaufre – jendral
Prancis. Untuk pertahanan dikembangkan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta dan
untuk kemanan dalam negeri dikembangkan Operasi Keamanan Dalam Negeri, strategi
dari keduanya didasarkan pada strategi tidak langsung. Strategi tidak langsung
barangkali dapat digambarkan yang dalam bahasa Jawa disebut: “nglurug tanpa
bala, menang tanpa ngasorake“, yang artinya kira-kira: berlaga tanpa
pasukan, menang tanpa mengalahkan. Dalam permainan game/strategi ini
disebut “non zero sum game“, dalam suatu penyelesaian sengketa kedua
belah pihak mendapat manfaat. Awalnya konsep Tannas ini diberi nama Pembinaan
Nusantara, yang terdiri dari pembinaan Wilayah (untuk menciptakan
kesejahteraan) dan pembinaan Teritorial (untuk menciptakan keamanan). Keduanya
saling berkaitan, tidak mutually eksklusif, kita tidak bisa
meng-antagoniskan kedua pembinaan, karena dalam setiap pembinaan kedua unsur
tersebut harus diperhatikan, hanya yang mana lebih diutamakan hanya masalah
prioritas sesuai dengan kondisi pada saat itu. Teori lain yang dipakai adalah
teori kelangsungan hidup suatu social system yang dikembangkan oleh
Talcot Parson. Parson berpendapat jika suatu sistem sosial ingin mempertahankan
hidupnya dia harus mampu mengembangkan kemampuan: 1. pattern maintainence;
2. adaptation; 3.goal attainment; 4. integration; 5. goal
setting. Tidak social system mampu mengembangkan semua fungsi.
Sebelum konsep ini berkembang sampai mempunyai kerangka yang jelas, pada tahun
1972 presiden Suharto meminta agar konsep ini dikelola oleh Lemhannas (Lembaga
Pertahanan Nasional yang kemudian menjadi Lembaga Ketahanan Nasional.
Perkembangan konsep ini kemudian tidak sesuai dengan apa yang semula digagas di
Seskoad. Wawasan Nusantara adalah suatu konsep bagaimana bangsa ini melihat
dirinya sendiri yang merupakan negara kepulauan. Jika didasarkan hukum yang
berlaku pada saat itu, maka Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi
perairan teritorial sepanjang 12 mil, maka selebihnya menjadi wilayah
internasional, situasi demikian membahayakan keamanan nasional dan
internasional, karena rawan konflik. Maka Indonesia mengusulkan agar wilayah
laut pedalaman, yang pengukurannya didasarkan berdasarkan pada prinsip-prinsip
tertentu dapat menjadi wilayah nasional. Hubungan Wawasan Nusantara dengan
Ketahanan Nasional adalah, bahwa Wawasan Nusantara memperkuat dan mempermudah
pengelolaan Ketahanan Nasional. Tetapi masalahnya justru adanya Wawasan
Nusantara orang berpendapat bahwa sebagai negara maritim kita harus mempunyai kekuatan
maritim (baca: Angkatan Laut) yang kuat. Teknologi sekarang sudah memungkinkan
terciptanya networking antar unsur untuk mencapai tujuan strategi.
Diharapkan generasi muda berusaha mendalami dan menggali pengalaman masa lalu,
supaya kita dapat menciptakan konsep yang cucuk dengan suasana dan
lingkungan kita sendiri. Manfaat suatu konsep adalah jika dapat dipraktekan,
hobi kita suatu konsep untuk terus menjadi wacana, yang hanya menghasilkan
orang pintar bicara. Apabila kita menggali ilmu di luar negeri, kita ambil
intisari ilmu untuk mengkaji keadaan kita berdasarkan ilmu tersebut. Bukan kita
tiru aplikasi ilmu itu dalam kondisi lain, lalu hasilnya ingin diterapkan di
Indonesia. Ini akan merugikan bangsa kita, kerugian tidak segera nampak, karena
proses berjalan lama. Ibarat kita beli sepatu, tidak cocok di kaki kita, jangan
kakinya yang dirubah tetapi sepatunya. Para pemuda harus menggeluti ilmu dari
muda, mau mempelajari sejarah secara teliti, karena sejarah adalah masa lalu
kita. Masa depan dibangun dari pengambilan hikmah masa lalu. Tetapi juga harus
disadari bahwa penulisan sejarah kita, kebanyakan adalah untuk kepentingan
penulis atau subyek yang ditulisnya, sehingga sebetulnya tidak bermanfaat untuk
kepentingan kita. Pelajari sejarah dan pengalaman secara sangat kritis, jangan
takut untuk dicap tidak patriotis, karena pengalaman menunjukkan bahwa orang
yang menyebut orang lain tidak patriotis, dia sendiri selalu berlindung dalam
kemunafikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Pak
Sam (s.hakim39@yahoo.com). (2008, 21 April). Ketahanan Nasional.
Surel kepada Tur Wahyudin (turwahyudin@gmail.com)
Tim
Penyusun. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia.
Posted in: Pendidikan Kewarganegaraan
2 komentar:
gaya eum tugas2nya lengkap
hehe iya mumpung sempat..yeuh kawan..
Posting Komentar